Mangrove

Gambar

Defenisi tentang asal kata “mangrove” tidak diketahui secara jelas, tetapi Macnae (1968) dalam Ferdinandus (2002) menyebutkan bahwa kata mangrove merupakan perpaduan dari bahasa Portugis yaitu “mangue” dan bahasa Inggris yaitu “grove” yang digunakan baik untuk individu jenis tumbuhan maupun untuk komunitas hutan pada habitat pantai.

Istilah mangrove sering digunakan untuk dua konsep yang berbeda. Pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut) dan kedua sebagai individu spesies yang tumbuh pada daerah payau. Agar tidak rancuh, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan (Macnae, 1968).

Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas yang terdapat di sepanjang pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Hutan mangrove sering disebut pula hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Untuk menghindari kekeliruan perlu diperjelas bahwa istilah bakau hanya digunakan untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yaitu marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini. Oleh karena itu, hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk hutan ini (Nontji, 1993).

Hutan mangrove ditemukan tumbuh di sepanjang pantai yang terlindung dari aktivitas gelombang besat dan arus pasang surut yang kuat. Gelombang yang besar dan arus pasang surut yang kuat tidak memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen yang diperlukan sebagai substrat bagi tumbuhan mangrove. Komunitas hutan mangrove terbentuk karena adanya endapan lumpur yang berasal dari adanya larutan endapan lumpur alluvial dari muara sungai terdekat pada komunitas tersebut dan bukan karena adanya komunitas mangrove sehingga menyebabkan terjadinya endapan lumpur di daerah tersebut (Ferdinandus, 2002).

Soerianegara dan Indrawan (1980) menyebutkan cirri-ciri hutan mangrove adalah sebagai berikut:

  • Tidak dipengaruhi iklim
  • Dipengaruhi oleh pasang surut
  • Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau pasir, terutama tanah liat
  • Hutan mangrove tidak mengenal adanya strata tajuk
  • Miskin akan jenis vegetasi

Ciri khas lain dari hutan mangrove adalah umumnya memiliki buah vivipari, yakni buah yang berkecambah sebelum jatuh ke permukaan air/tanah (terutama jenis Rhizophora).

Tumbuhan mangrove mempunyai kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti ini, maka beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan gara, dari system jaringannya serta yang lain mengembangkan system akar nafas untuk memperoleh oksigen bagi system perakarannya (Ferdinandus, 2003).

Walaupun spesies mangrove dapat tumbuh pada salinitas yang ekstrem atau sangat tinggi, namun biasanya pertumbuhannya kurang baik atau pendek-pendek, bahkan beberapa spesies ada yang tidak tahan pada salinitas yang tinggi (Supriharyono, 2000).

Diperkirakan terdapat sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genus dan 22 famili. Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 38 spesies tumbuhan mangrove yang hidup dan tersebar pada beberapa daerah seperti Aceh, Riau, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Supriharyono, 2000).

Beberapa jenis mangrove yang umum dijumpai di wilayah pesisir Indonesia adalah bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp), pedada (Sonneratia spp), tancang (Bruguiera spp), nyirih (Xylocarpus spp), tengar (Ceriops spp) dan buta-buta (Exoecaria spp).

Keberadaan hutan mangrove mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai penyangga kehidupan di kawasan pantai dengan ekosistem laut. Adapun fungsi hutan mangrove sebagai berikut:

  • Fungsi Fisik :
  1. Membentuk/menaga garis pantai
  2. Melindungi pantai dari abrasi
  3. Menahan laju tiupan angin yang kencang
  4. Meredam lajunya ombak
  5. Merangkap sedimen
  6. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi air laut ke darat
  • Fungsi Kimia :
  1. Proses penyerapan CO2
  2. Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan O2
  3. Penambah unsur hara
  4. Mencegah terjadinya keasaman tanah
  • Fungsi Biologi :
  1. Sebagai penghasil bahan pelapukan (detritis)
  2. Sebagai tempat pemijahan (spawing ground) dan asuhan (nursery ground)
  3. Sebagai tempat bersarang burung
  4. Sebagai sumber plasma nutfah
  5. Sebagai habiat alami bagi berbagai jenis biota
  6. Membentuk keseimbangan ekologis
  7. Sebagai tempat makan (feeding ground)
  • Secara ekonomi kawasan mangrove merupakan sumber devisa negara :
  1. Penghasil kayu (kayu bakar, arang, dan bahan bangunan)
  2. Penghasil bahan baku industri (kertas, makanan, dll)
  3. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung, madu (breeding ground)
  • Sebagai wanawisata :
  1. Sarana rekreasi
  2. Sebagai tempat pendidikan, onservasi dan penelitian

Pembagian zona mangrove berdasarkan perbedaan penggenangan:

  1. Zona proksimal, yaitu zona yang terdekat dengan laut. Pada zona ini biasanya ditemukan jenis-jenis : Soneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora apiculata, R. mucronata, dll.
  2. Zona midle, zona yang terletak diantara laut dan darat. Pada zona ini biasanya ditemukan : Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, dll.
  3. Zona distal, yaitu zona yang terjauh dari laut. Pada zona ni biasanya ditemukan : Hibiscus tiliaceus, Nypah fruticans.

Pembagian zona berdasaran vegetasi yang mendominasi :

  1. Zona Avicenia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove, memiliki substrat berlumpur, lembek dengan kadar garam yang tinggi. Biasanya ditemukan berasosiasi dengan jenis soneratia. Jenis ini memilii peraaran yang sangat kuat dan dapat bertahan dari hempasan ombak. Zona ini merupakan zoa perintis/pioner karena terjadinya penimbunan sedimen tanah akibat cengkraman perakaran tumbuhan jenis ini.
  2. Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona avicenia dan sonaratia. Pada zona ini tanah berlumpur, lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tetap terendam selama air pasang.
  3. Zona Bruguiera, terletak dibelakangzona rhizophora. Pada zona ini tanah berlumpur agak keras. Perakaran hanya terendam pada saat pasang naik dua kali sebulan.
  4. Zona Nypah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan. Zona ini ada jika ada air tawar (sungai) yang mengalir ke laut.

Jenis-jenis perakaran mangrove :

  1. Akar tunjang, yaitu akar yang mencuat dari batang, bercabang-cabang kebawah permukaan lumpur, menggantung bagaikan busur panah (Rhizophora Sp).
  2. Akar pasak/akar tunggak, yakni akar yang tumbuh terpencar dengan anak-anak akar muncul ke permukaan substrat bagaikan tombak (Soneratia, Avicenia).
  3. Akar lutut, yakni akar yang tumbuh mendatar dan bergelombang diatas dan dibawah permukaan substrat (Bruguiera, Ceriops)

Fungsi perakaran mangrove :

  1. Fungsi pernapasan
  2. Fungsi penyebaran dan perambatan
  3. Komponen kabel

Faktor lingkungan :

  1. Temperatur
  2. Garis pantai yang terlindung
  3. Arus
  4. Tipe substrat
  5. Salinitas
  6. Kisaran pasut
  7. Eksploitasi hutan
  8. Konversi menjadi lahan pertanian
  9. Tumpahan/enceran minyak.

Tinggalkan komentar